Dr. Izumi Yamada bersedia menjawab pertanyaan di atas.
Perbedaan antara surfaktan anionik dan kationik
Surfaktan adaalah zat yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik.

  1. Berdasarkan namanya, surfaktan yang berdisosiasi dalam air dan melepaskan kation dan anion (atau zwitterions) diistilahkan sebagai surfaktan ionik (kationik, anionik, zwitterionik). Di sisi yang lain, surfaktan yang tidak berdisosiasi disebut surfaktan nonionik.
  2. Surfaktan anionic memiliki gugus hidrofilik anionik. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam lemak), garam asam alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat (LAS) )lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan lain-lain.
  3. Karena sabun asam lemak adalah garam dari asam lemak dan logam basa (garam asam lemah dan basa kuat), maka sabun ini terhidrolisis dalam air dan larutannya menjadi sedikit basa. Namun, larutan dari surfaktan anionik lainnya adalah netral. Larutan deterjen sintetis diatur agar sedikit basa, tapi bukan disebabkan oleh deterjen itu sendiri (deterjennya netral) melainkan karena efek dari zat tambahan (natrium karbonat dan lain-lain). Ini merupakan perbedaan utama antara sabun dan deterjen sintetis.
  4. Telah diketahui sejak awal bahwa kotoran data dicuci oleh basa, seperti larutan alkali dan soda pencuci. Deterjen di pasaran (baik sabun bubuk dan deterjen sintetis) akan memiliki efek yang sama, karena larutan dalam air yang dihasilkan adalah basa. Diduga bahwa serat (pakaian) menjadi lembut karena basa, sehingga melepaskan kotoran. Jadi tidak efektif untuk mencuci serat hewani tahan basa, seperti sutra dan bol dengan alkali. Diduga bahwa alkali membersihkan kotoran berminyak dengan reaksi saponifikasi (pembentukan sabun yang mudah larut), yang merupakan prinsip yang sama dengan pembuatan sabun. Tetapi, sangat diragukan apakah reaksi ini benar-benar terjadi selama pencucian di rumah.
  5. Serat hewani, seperti sutra dan wol, disebut serat amfoter, yang artinya bahwa serat data menjadi kationik dan anionik, tergantung ada sifat larutan pencucinya. Bila detergen basa (baik sabun bubuk atauun deterjen sintetis) digunakan untuk mencuci serat macam ini, surfaktan anionik akan menyerap gugus kationik (gugus amino) pada serat. Sangat mungkin untuk mencuci serat tahan basa dengan menjaga pH tetap netral. Namun, kitatidak dapat melakukan apapu tentang masalah penyerapan surfaktan ionic pada serat. Ini merupakan kelebihan surfaktan nonionik. Ada deterjen yang dapat mencuci pakaian dengan tanda “dry cleaning” (pencucian kering), dengan gambar merekomendasikan bahwa pencucian kering bisa dilakukan untuk produk sutra dan wol) dengan air di rumah. Sebagaimana telah Anda sadari, komponen utama dari deterjen ini adalah surfaktan nonionik. Karena gaya elektrostatik tidak bekerja ada surfaktan non ionic, jumlah deterjen yang tersisa setelah pencucian adalah sedikit untuk kain lain seperti untuk pencucian sutra dan wol.
  6. Ada kemungkinan bahwa surfaktan anionik dengan ion kationik, sebagai contoh, ion kalsium dalam air sadah. Khususnya dalam hal sabun bubuk, asam lemak bergabung dengan ion kalsium dan membentuk kekam, yang tidak larut dalam air dan mengenda, mengurangi efek pencucian. Surfaktan anionik lainnya juga bergabung dengan kalsium, tapi jumlahnya sangat sedikit. Lagian, tidak ada pengendapan yang terjadi jika surfaktan non ionik digunakan. Jadi titik ini juga merupakan kelebihan surfaktan non ionik.
  7. “Two in One (Conditioner dan Shampoo)”popular beberapa waktu yang lalu. Ini sebenarnya shampoo, yang tidak membutuhkan kondisioner lain. Kondisioner berfungsi seperti elembut dalam pencucian pakaian, jadi komponen utama kondisioner adalah surfaktan kationik, yang merupakan pelembut pakaian. Hal ini berarti tidak mungkin untuk menyatukan zat kondisioner dengan shampoo biasa. Jika Anda mencampur shampoo biasa dan kondisioner di kamar mandi, Anda akan melihat pengendapan seperti kekam. Hal ini disebabkan gabungan surfaktan kationik dengan surfaktan anionik. Tentu saja, pengendapan ini tidak akan berefek apa-apa.
    Ada tiga jenis “Two in One (Conditioner dan Shampoo)”:
    a. KOndisioner saja dengan surfaktan kationik yang memiliki daya cuci.
    b. Shampoo saja dengan kandungan minyak.
    c. “Kondisioner dan Shampoo” sebenarnya, sebagai contoh surfaktan utama shampoo tidak bergabung dengan surfaktan kationik dalam kondisioner.
    Anda bisa menebak dengan mudah bahwa surfaktan yang digunakan pada jenis ketiga adalah surfaktan non ionik. KOnsep yang sama digunakan pada deterjen untuk mencuci akaian, dan sekarang deterjen mengandung pelembut pakaian yangbanyak dijual. Komponen utama dari deterjen ini adalah surfaktan non ionik. Surfaktan non ionik data digunakan untuk banyak zat tambahan, membuat surfaktan non ionik sangat berguna dengan kelebihannya.
    Penerapan Surfaktan non ionik untuk Deterjen Pakaian
  8. Mari pikirkan mengapa surfaktan non ionik, yang tampaknya memiliki banyak kelebihan, tidak digunakan sebagai bahan deterjen hingga sekarang. Semua surfaktan yang bisa digunakan untuk makanan (berdasarkan peraturan kebersihan makanan di Jepang) adalah surfaktan non ionik, kecuali untuk fosfolipid kacang kedelai (lesitin, surfaktan amfoter). Diduga bahwa mereka tidak berbhaya karena senyawa tersebut adalah ester polialkohol asam lemak seerti sorbitan, sukrosa dan gliserin. Jadi sangat luar biasa bila kita mnggunakan surfaktan jenis ini untuk pakaian. Saya melakukan percobaan – bagaimanapun, segala kotoran sangat sulit dihilangkan dengan ester asam lemak sukrosa. Jadi, daya bersih surfaktan non ionik sangat lemah. Saya melakukan percobaan lebih jauh dan menemukan bahwa surfaktan non ionik yang memiliki daya bersih tertentu. Bagaimanapun, surfaktan ini bentuknya cair, membuatnya sangat sulit digunakan. Surfaktan ini bia sangat berguna bila dipakai dalam deterjen cair, tapi ini bukanlah tren untuk menggunakan deterjen cair, dan penambahannya harus diteteskan, membuatnya sulit untuk ditangani, sehingga membuatnya sangat tidak umum. Karena surfaktan non ionik dapat dengan mudah disintesis, maka surfaktan ini banyak digunakan dalam berbagai bidang sekarang ini. Namun, surfaktan non ionik tidak akan digunakan sebagai surfaktan deterjen sintetis untuk akaian hingga dikembangkan surfaktan non ionik (polioksietilena)dalam bentuk bubuk.
  9. Saya menemukan bahwa Kristal cair terbentuk selama proses pencucian kotoran berminyak dan Kristal cair ini berkontribusi dalam menghilangkan kotoran. Dan saya mengembangkan metode baru untuk menunjukkan efektivitas pencucian (kinetika pencucian). Saya mengukur kecepatan pembentukan Kristal cair dan kecepatan pencucian. Ketika saya menggunakan surfaktan non ionik (olioksietilena) untuk percobaan, saya menemukan bahwa Kristal cair terbentuk pada konsentrasi dan suhu yang lebih rendah (dibandingkan dengan surfaktan anionik). Percobaan ini dipublikasikan, dan pada waktu yang sama, produsen mengembangkan bentuk bubuk dari surfaktan non ionik (polioksietilena). Jadi, deterjen padat serbuk, yang komonennya adalah surfaktan non ionik, dikembangkan oleh produsen deterjen dengan motto “Kristal cair membersihkan kotoran”. Bagaimanapun, deterjen ini tidak dilanjutkan selama beberapa tahun setelah dilepas kea saran, mungkin karena konsumen saat itu belum sadar akan lingkungan.
  10. Penggunaan deterjen yang komponen utamanya adalah surfaktan non ionik semakin meningkat. Peningkatan tidak hanya terkait dengan kelebihan yang disebutkan di atas, tapi juga ada efek yang baik. Karena baru-baru ini kebanyakan pakaian tidak sekotor seperti kondisi sebelumnya, dan kesadaran lingkungan juga bertambah, maka deterjen yang ramah lingkungan, bahkan dengan kemampuan daya bersih yang berkurang, dapat diterima di kehidupan modern.


Saya dan teman saya memiliki pendapat yang berbeda apakah air membeku pada 1oC bila ada angin berhembus.
Pendapat teman saya adalah air akan membeku karena suhu akan menurun dan air terpapar dengan angin. Tapi saya pikir, air tidak akan membeku karena suhu adalah 1oC meski ada ataupun tidak ada angin. Dapatkah Anda memberikan saya jawaban yang benar?
Jawaban:
Dr. Shoshiro Minobe bersedia menjawab pertanyaan di atas.
Dalam teori, saya pikir air akan membeku pada suhu lebih dari 0oC. Ada dua efek yang terjadi, panas yang terjadi dan panas yang tersembunyi, yang membawa panas keluar dari air. Panas yang terjadi adalah efek akibat pertukaran panas secara langsung, dan panas yang tersembunyi adalah efek dari penguapan.
Panas yang terjadi dapat dihitung sebagai:
Panas yang diambil dari air = konstanta x kecepatan angin x (suhu air – suhu udara)
Hal ini menunjukkan bahwa air tidak akan kehilangan panas tapi mendapatkan panas, bila suhu airnya tinggi. Jadi, air 0oC seperti dipanaskan bila suhu udara lebih dari 0oC.
Sedangkan untuk panas tersembunyi,
Panas yang diambil air = konstanta x kecepatan angin x (kelembaban jenis jenuh – kelembaban jenis udara)
Jadi udara mengambil panas air keluar berapaun suhu air.
Karenanya, jika udara sangat kering dan suhu udara hanya sedikit lebih tinggi dari 0oC, maka dalam hal ini air kemungkinan masih membeku karena efek panas laten lebih tinggi daripada panas yang terjadi. Saya tidak tahu aakah hal ini benar-benar terjadi secara alamiah.


Udara adalah campuran dari bermacam-macam gas, tapi saya tidak pernah mendengar bahwa komponen gas-gas ini terpisah. Bagaimanapun, karena adanya lapisan ozon, saya kira udara dapat dipisahkan ke dalam lapisan-lapisan…. Faktor-faktor apa sajakah yang menghasilkan pemisahan dan campuran gas?
Jawaban:
Dr. Hiroshi Hukunishi, yang sedang mempelajari atmosfer, bersedia menjawab pertanyaan di atas.
Komposisi atmosfer udara selalu tetap dari dasar hingga 100 kilometer ke atasnya. Komponen utama adalah molekul nitrogen, oksigen, dan argon, dengan perbandingan campuran kira-kira 78%,21% dan 0.9%. Jadi daerah ini disebut “lapisan homogen”. Atmosfer dalam daerah ini homogen karena udara tercampur baik oleh difusi yang disebabkan ukuran vortex yang berbeda-beda (difusi jenis ini disebut “difusi vortex” atau “difusi turbulen”).
Di sisi yang lain, bila ketinggian lebih dari 100 kilometer, kokmposisi atmosfer berubah sesuai ketinggaian. Semakin ringan gasnya, semakin tinggi daerah distribusi gasnya. Jadi, daerah ini disebut daerah “lapisan heterogen”. Daerah ini heterogen karena kerapatan atmosfer di sini lebih kecil sejuta kali daripada di bawah, sehingga difusi yang disebabkan oleh kolisi atom dan molekul (disebut difusi molekul) menjadi lebih cepat daripada difusi vortex di daerah ini. Semakin ringan molekul dan atomnya, semakin tinggi kecepatan distribusinya. Oleh karena itu, semakin ringan molekulnya, semakin tinggi daerah distribusinya. Dan karena molekul pada daerah yang tinggi terdisosiasi menjadi atom-atom oleh adanya sinar ultraviolet dari matahari, komposisi atmosfer berubah-ubah sesuai dengan urutan berikut (dari lapisan rendah ke lapisan yang lebih tinggi): molekul nitrogen (N2), molekul oksigen (O2), atom nitrogen (N), atom oksigen (O), atom helium (He), dan atom hidrogen (H).
Bagaimanapun, fakta di atas yang menyebutkan bahwa komposisi atmosfer menjadi heterogen pada daerah yang tinggi bukan penyebab mengapa lapisan ozon terbentuk di ketinggian 10-50 kilometer dari tanah. Penyebab sesungguhnya adalah sinar ultraviolet dari matahari, yang sangat penting untuk menghasilkan ozon, hanya bisa mncapai ketinggian tersebut. Sinar matahari terdiri dari sinar dengan kisaran panjang gelombang yang luas seperti sinar ultraviolet, sinar tampak, dan sinar inframerah. Sinar tampak dapat mencapai tanah, sedangkan hampir semua sinar ultraviolet diserap oleh atmosfer. Kemudian hanya sinar ultraviolet terdekat dengan sinar tampak yang bisa mencapai tanah. Ozon (O3) dihasilkan ketika molekul oksigen (O2) berdisosiasi menjadi atom oksigen (O) dengan sinar ultraviolet dan oksigen atom bergabung dengan molekul oksigen (O2).
Lapisan ozon yang rapat ini terbentuk di ketiggian 20-30 kilometer dari tanah. Sejumlah molekul oksigen, yang merupakan penyusun ozon, berkurang seiring dengan ketinggian atmosfer, tapi intensitas sinar ultraviolet, yang memecah molekul oksigen, bertambah seiring dengan ketinggian atmosfer. Berdasarkan dua faktor ini, pembentukan ozon menjadi tertinggi pada lapisan di ketinggian 20-30 kilometer dari tanah.


Mengapa temperatur berkurang ketika kita pergi ke daerah permukaan bumi yang lebih tinggi meski jarak dengan matahari semakin dekat? Sebagai contoh, kenapa permukaan gunung tertinggi dilapisi dengan salju (seperti Mount Everest) meski jaraknya dengan matahari lebih pendek bila dibandingkan dengan di lembah?
Jawaban:
Dr. Kimberly Strong, yang mempelajari ilmu sains atmosfer, bersedia menjawab pertanyaan di atas:
Penjelasan paling sederhana adanya penurunan suhu dengan ketinggian adalah sebagai berikut:
Kerapatan dan tekanan atmosfer berkurang seiring dengan ketinggian. Hal ini disebabkan tekanan atmosfer tergantung pada berat atmosfer yang melapisi. Tekanan dan kerapatan berkurang secara logaritmik dengan semakin bertambahnya ketinggian, mengikuti persamaan hidrostatik. Karena pengurangan tekanan ini, pembagian udara yang naik terus bertambah dan mendingin (karena faktor ini mempengaruhi P dV di sekitar atmosfer). Kecepatan rata-rata pengurangan adalah -6.5 derajat (Kelvin atau Celcius) per km di atmosfer yang lebih rendah.
Bahkan, di ketinggian sekitar 10 km, suhu mulai meningkat lagi karena adanya lapisan ozone. Lapisan ini menyerap radiasi sinar ultraviolet yang menyebabkan adanya pemanasan.
Pengaruh suhu dengan ketinggian
Meski Mt. Everest tinggi, ketinggiannya dapat diabaikan bila dibandingkan dengan jarak antara Matahari dan Bumi, sehingga pemanasan matahari antara puncak gunung dan lembah tidak mengurangi pendinginan atmosfer yang disebutkan di atas.


Lemak adalah sumber utama energi untuk banyak organisme seperti halnya karbohidrat, dan nutrisi lainnya. Walaupun, struktur molekulnya sangat berbeda, secara mengejutkan katabolisme lemak sama dengan nutrisi lainnya. Dengan kata lain, beraneka ragam molekul dengan berbagai molekul akhirnya memecah menjadi karbondioksida (CO2), air (H2O), dan ATP, yang merupakan aliran energi.
Katabolisme mengikuti tiga langkah umum untuk semua jenis nutrisi termasuk lemak dan karbohidrat. Langkah pertama adalah konversi molekul kecil lemak dan karbohidrat menjadi asetil koA. Berikutnya, adalah proses oksidasi asetik koA dalam siklus asam sitrat (siklus asam trikarboksilat, atau siklus TCA) menghasilkan air, karbondioksida, dan elektron, secara berkelanjutan, asetil koA mengubah bentuknya menjadi zat antara seperti sitrat dan fumarat. Pembentukan karbon dioksida pada tahap kedua dilepaskan ke luar oleh sistem respirasi 9pernafasan) dan elektron-elektron digunakan dalam langkah terakhir, yakni sistem transpor elektron, sejumlah ATP dan air dihasilkan dengan reaksi berantai. Reaksi kimia pembentukan air secara sederhana dapat ditulis sebagai :

2H+ + 1/2 O2 + 2 e- → H2O
Kesimpulannya, tidak masalah jenis zat apapun yang dimasukkan dalam tubuh, tahap-tahap dasar yang digambarkan di atas selalu sama.
Lemak dan karbohidrat, seperti dua kereta yang berdampingan menuju satu stasiun, berubah menjadi senyawa umum, asetil koA. Namun,perbedaan antara lemak dan karbohidrat adalah pada proses pembentukan asetil koA.
Mula-mula karbohidrat mengurai menjadi glukosa atau monosakarida lainnya, kemudian berubah menjadi piruvat dan akhirnya menjadi asetil koA. Di sisi yang lain, lemak berubah menjadi asam lemak dan gliserol oleh sistem pencernaan, dan setelah itu, asetil koA dibentuk dari asam lemak melewati proses yang disebut sebagai oksidasi-β.
Karbohidrat à glukosa àpiruvat àasetil koA
Lemak à asam lemak + gliserol àasetil koA.
Rumus Kimia
Hubungan Metabolisme antara Glukosa dan asam lemak. (Atas izin Dr. Marcel Blanchaer)
Kelebihan energi dalam organisme biasanya disimpan dalam sel lemak dalam bentuk triasilgliserol. Ketika energi dibutuhkan, sebagai contoh, ketika melakukan olahraga, hormon akan memicu aktivitas lipase triasilgliserol, yang merupakan enzim yang penting dalam penguraian lemak. Lemak akan memecah menjadi asam lemak dam gliserol oleh enzim, kemudian dibawa oleh serum albumin ke dalam aliran darah untuk menuju sel di mana membutuhkan bahan bakar (sumber makanan). Di tempat sel tujuan, asam lemak masuk ke dalam mitokondria dan tiga tahap dasar (oksidasi β hingga asetil koA, siklus TCA dan transfer elektron) akan diikuti untuk menghasilkan ATP.
Secara umum dikatakan bahwa 20 menit berolahraga dibutuhkan untuk membakar lemak secara efisien. Hal ini bukanlah mitos, tapi merupakan skenario yang dipahami secara ilmiah. Konsep intinya adalah enzim membutuhkan suhu yang tepat untuk bekerja secara efisien. Dalam hal ini, lipase triasilgliserol bekerja paling baik pada suhu yang didapat setelah berolahraga selama 20 menit. Kurang dari 20 menit, maka hanya asam lemak yang mengambang di aliran darah saja yang digunakan, karenanya, setidaknya 20 menit berolahraga dibutuhkan untuk membakar lemak dalam tubuh.


Saya mendengar bahwa tubuh kita membutuhkan sedikit unsur logam. Akan tetapi, tubuh kita terutama terdiri dari senyawa organik. Mengapa tubuh kita membutuhkan unsur logam?Bagaimana unsur logam bekerja dalam tubuh kita?
Jawaban:
Dr. Eiichiro Ochiai, seseorang yang sedang mempelajari kimia bioanorganik, bersedia menjawab pertanyaan di atas. Secara singkat, ia berbicara tentang istilah umum kebutuhan unsur logam dalam organisme dan menggambarkan kegunaan biologis unsur logam dengan salah satu unsur logam yang paling banyak digunakan, besi (Fe). Jadi cerita berikut ini diberi judul “Sebuah Kisah Tentang Besi” (© Eiichiro Ochiai).
Sebagai makhluk hidup, kita terdiri dari, secara kimiawi, kebanykan senyawa organik seperti protein, asam nukleat, karbohidrat, vitamin dan sejenisnya. Senyawa organik terdiri dari atom karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen (N). Sejumlah senyawa organik juga bisa mengandung sulfur (S) atau fosfor (P). Itu saja; tidak ada yang lain. Dapatkah kita hidup dengan baik hanya dengan senyawa organik? Kebanyakan orang-orang tahu bahwa jawabannya adalah tidak. Tulang dan gigi kita terbuat dari senyawa kalsium (Ca), yang tergolong “zat anorganik”. Darah mengandung besi (Fe), sebuah unsur anorganik. Semua orang tahu bahwa kita membutuhkan garam (natrium khlorida, NaCl) meski mereka tidak tahu mengapa. Bahkan, sekitar 30 unsur diketahui sangat dibutuhkan untuk menjalankan fungsi makhluk hidup yang layak. Seperti yang telah Anda ketahui, Hanya ada 100 unsur saja yang ada di alam ini, dan satu pertiga dari unsur tersebut sangat penting bagi makhluk hidup. Unsur yang penting di antaranya adalah (selain dari yang sudah disebutkan): magnesium (Mg), silikon (Si), kalium (K), mangan (Mn), kobal (Co), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo), iod (I), selenium (Se), nikel (Ni), dan boron (B). Sebuah bidang penelitian baru kini sedang dikembangkan, yang mempelajari peranan unsur-unsur yang berbeda ini dan peranan senyawanya dalam sistem biologis; ilmu ini disebut “kimia bioanorganik”. Terlalu panjang lebar bila hal ini dibahas dalam forum kali ini; sebab itu, saya memilihkan unsur tertentu dan menggambarkan bidang ilmu yang disebut kimia bioanorganik. Bagian pertama “Pembentukan unsur Besi” bukanlah topik yang pas dari kimia bioanorganik, tapi ditambahkan di sini untuk memberitahu Anda tentang peranan besi yang sangat penting.
Saya yakin setiap orang tidak asing dengan logam besi. Mobil dan mesin sebagian besar terbuat dari besi. Besi adalah salah satu unsur yang tersedia sangat melimpah di alam dan logam yang paling menarik, sebagai satu dari unsur krusial untuk makhluk hidup. Berikut adalah kisah mengenai besi.


Ternyata Ilmu Kimia sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Terkadang ita tidak menyadari akan hal itu. Dari hal kita bernapas adalah suatu reaksi kimia yang paling sederhana. Kita menghirup oksigen di udara dan menggunakannya dalam proses oksidasi makanan. Dan juga Kimia ternyata ikut terlibat dalam hal urusan rumah tangga. Yang disini akan dibahas adalah Reaksi Kimia Ketika kita Menanak atau memasak nasi.
Ternyata ini berusaha dijelaskan oleh Dr. Fred Shih di USDA-ARS Rice Research Unit.


(Gambar Kanan Struktur butir beras). Atas izin Institut Pati Internasional.
Karena beras mengandung sekita 90% pati, inti dari memasak nasi adalah reaksi pati dalam air ada suhu tingi. Granul pati menyerap air, dan mengembang ketika panas dilanjutkan. Ketika pada suhu tertentu (disebut sebagai suhu gelatinisasi) tercapai, dinding sel granul memecah dan pati menjadi kental (gelatin). Ini adalah inti yang terjadi selama proses memasak nasi. Ada dua jenis pati dalam beras, amilsa dan amilopektin. Beras berbulir panjang kaya akan amilosa, sedangakan bulir pendek kaya akan amilopektin. Sifat-sifat nasi yang yang matang sangat beragam, tergantung pada jenis beras atau rasio kandungan amilosa dan amilopektin dalam pati. Jadi, seperti yang kita ketahui, ketika telah matang, beras berbulir panjang tidak terlalu lengket bila dibandingkan dengan beras berbulir pendek.
Selain dari pati, adalah kandungan karbohidrat, beras juga mengandung sejumlah protein dan serat. Sebagai kandungan gizi dalam beras, umumnya mereka terdapat pada lapisan luar butir beras yang disebut dedak (kulit padi). Sayangnya, dedak ini nyaris dihilangkan semua pada proses penggilingan. Inilah mengapa kita harus mengkonsumsi beras coklat (beras dengan kulit padi) bukan beras yang digiling.


Satu lagi yang dapat dijadikan referensi untuk pengajaran kimia SMA.  Chemistry, Fourth Edition by: John McMurry and Fay. Mau memiliki bukunya, silahkan membeli atau meminjamnya. Ada waktu luang dengan sumber daya cukup silahkan berburu di gigapedia.com. Tidak etis kalau saya memberikan tautan di sini. Jangan lupa daftar dulu kalau belum mendaftarkan diri di gigapedia.com, gratis.
Jika berminat untuk mengunduh berkas presentasi atau gambar yang memiliki kualitas tinggi dari buku tersebut secara resmi anda bisa mengambilnya dari pranala berikut ini.
Semoga bermanfaat.


Chemistry in the National Science Education Standards, kalau diterjemahannya dalam bahasa Indonesia artinya yang bener apa ya? Apakah seperti judul tulisan ini atau kimia dalam standar pendidikan sains nasional? Ah entah-lah. Saya memang payah dalam menterjemahkan kalimat yang berbahasa Inggris. Tes TOEFL saja dengan perolehan nilai kecil, gak layak jadi guru memang kalau tidak bisa memahami teks berbahasa asing. Semestinya sih harus mengerti. Oke-lah saya akan belajar lagi nanti. Ada yang bersedia membatu saya beajar bahasa Inggris? Tapi kali ini saya tidak sedang membahas arti kalimat itu, hanya sedikit mau cerita apa yang saya lakukan hingga saya mendapati kalimat tadi.
Biasalah untuk mengisi waktu libur ini, hari-hari saya habiskan untuk berselancar di dunia maya (bukan dunianya Luna Maya). Lumayan dapat menambah referensi kegiatan saya dalam mengajar atau sekedar menulis di blog. Dengan menggunakan Google saya mengetikkan sederet kata kunci high school chemistry education teacher resources dan setelah saya susuri pranala demi pranala akhirnya saya sampai di sini. Saya sih tertarik pada bagian pranala yang bertulisan Chemistry in the National Science Education Standards. Sebuah buku yang memang pantas untuk saya baca karena saya sebagai guru kimia. Yah setidaknya untuk menambah wawasan saya meskipun hanya sedikit yang saya mengerti.
Saya kutib dari situs tersebut tentang sedikit paparan buku itu. Chemistry in the National Science Education Standards, 2nd edition, provides models for meaningful learning in the high school chemistry classroom. This valuable resource addresses the science education standards specified by the National Research Council and other issues of interest relevant to the current educational landscape. High school chemistry teachers and administrators, university chemistry and science education faculty, and professional development providers will recognize this resource as a useful and timely text.
Tentu saja saya bernafsu untuk ingin tahu apa isi buku itu sebenarnya sehingga kok mesti membacanya. Seperti biasa dengan percaya diri saya coba buka pranala tiap bab dari buku itu. Mula-mula gak terkejut karena proses pengunduhan lancar. E… setelah sampai 44% proses pen-download-an malah macet. Tadinya saya pikir karena saya menggunakan Google Chrome. Setelah saya ganti dengan Firefox ternyata hasilnya sama, macet juga. Awalnya saya memang sudah curiga, pada situs tersebut dibilang mesti beli buku itu, tapi kok bisa di-download juga. Wah ternyata benar dugaan saya itu tidak bisa di-download, kudu beli deh.
Ah kebiasaan jelek saya kambuh kalau sudah melihat buku bagus seperti itu. Mainkan jurus lama. Cari di gigapedia.com dan… ups… ada!!! Jadi deh akhirnya disedot buku yang ukurannya hanya 1,6 MB itu. Buku ini bagus menurut saya meskipun itu ditulis dengan latar belakang negara Amerika, di mana semua beda dengan Indonesia baik dari segi pola pikir orang tua, siswa, guru, pemerintahan, dan ketersediaan sarana pendidikannya.
Nah pingin mengunduh-nya juga? Ok deh, register terlebih dahulu di gigapedia.com, login-lah kemudian lakukan pencarian dengan judul buku tadi. Selanjutnya kalau sudah dapat, silahkan pindah ke tab Link. Di situ ada pranala untuk mengunduh buku tadi. Ah… ribet! Yah udah saya beri nih, ini pranalanya. (*Dari tadi kek! ) 


Sumber : http://urip.wordpress.com/2010/09/16/kimia-dalam-standar-nasional-untuk-pendidikan-sains/